Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan Anak

Share:

1. Pendidikan anak di jaman kesejagatan dan modern ini tidaklah mudah. Di satu sisi jaman ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak kita memperoleh fasilitas yang serba “canggih” dan “wah”. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP, camera, dan berbagai peralatan yang amat jauh dengan jaman “ aku si anak singkong”. Kemajuan yang demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui media masa yang sulit untuk dihindari. Misalnya: porno, kekerasan, konsumer-isme, takhayul, klenik dan kemusyrikan melalui berbagai media informasi seperti internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd.

Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah, lebih seronok dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat “rayuan maut” publikasi yang memang dirancang secara apik oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua.


a.Pengaruh Lingkungan

Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah “perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan” yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak tersadari). Sebagaian ahli menyebutnya dbahwa Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.

Lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat, atau lingkungan pergaulan anak. Biasanya adalah teman-teman sebaya di lingkungan terdekat. Secara umum anak-anak Indonesia merupakan anak “kampung” yang selalu punya “konco dolanan”. Berbeda dengan anak kota yang sudah sejak dini terasing dari pergaulana karena berada di lingkungan kompleks yang individualistik.

Secara umum masyarakat Jawa hidup dalam norma masyarakat yang relatif masih baik, meskipun pergeseran-pergeserannya ke arah rapuh semakin kuat. Lingkungan buruk yang sering terjadi di sekitar anak, misalnya: kelompok pengangguran, judi yang di”terima”, perkataan jorok dan kasar, “yang-yangan” remaja yang dianggap lumrah, dan dunia hiburan yang tidak mendidik.

b.Indikasi pengaruh negatif
Sulit untuk dipisahkan apakah karena kondisi keluarga atau lingkungan sebaya dan pergaulan. Namun sebaiknya para orang tua perlu meng-antisipasi beberapa indikasi negatif berikut ini:


(1) Apabila acara TV telah menyedot perhatian anak pada jam-jam efektif belajar. Berdasarkan survey bahwa anak-anak usia sekolah dasar perkotaan menghabiskan waktunya 43% untuk menonton acara TV pada jam-jam belajar. Mereka menjadi sasaran produser film dan iklan-iklan consumer good.

(2) Anak mulai menyukai kegiatan luar rumah pada jam-jam belajar di rumah dan mengalih-kan pada kegiatan non-belajar, seperti: jalan-jalan ke mall, play station, dan tempat nongkrong lain. Berdasarkan penelitian Deteksi Jawapos (Maret 2005) bahwa anak-anak SD sekarang ini mengalami penurunan greget belajar karena memperoleh alternatif mengalihkan perhatian pada (acara TV, hiburan luar ruang, dan jalan-jalan).

(3) Anak-anak merasa kesulitan menghafal atau mengerjakan PR secara terus menerus tetapi merasa ketagihan untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pencerdasan diri. Berdasarkan pengamatan Prof. Kusdwiratri (Desember, 2004) menurunnya minat intelektual disertai tidak berminatnya pada kegiatan lain yang mencerdaskan anak bukti berhasilnya sistem hiburan secara massal terhadap anak-anak Indonesia dan dunia belajar anak yang gagal. Perlu diwaspadai jangan sampai pengaruhnya berlangsung permanen.

c.Pendidikan Integratif
Dengan sitem pengaruh lingkungan seperti sekarang ini, cukup sulit bagi keluarga jaman ini untuk hanya menekankan pendidikan di salah satu lini saja. Sehebat apapun keluarga menyusun sistem pertahanan diri, anak-anak tetap akan menajdi santapan dunia yang serba modern. Kalau tidak sekarang ya akhirnya akan bersentuhan juga. Menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah juga bukan segala-galanya. Jaman ini amat sulit mencari pendidikan yang “kaffah lahir dan bathin” serta terjangkau biayanya oleh kebanyakan orang tua.

Namun dari berbagai kekhawatiran tersebut, kini mulai muncul berbagai pendidikan alternatif yang bisa dipilih. Namun tetap harus menekankan bahwa pendidikan keluarga adalah inti dan sekolah adalah komplemen pelengkap. Beberapa pilihan cerdas tersebut dapat berupa:
(1) Sekolah fullday yang mengintegrasikan pendidikan agama dan pendidikan sains dalam lingkungan terkontrol dan terarah dengan nilai-nilai modernitas dan islami.
(2) Sekolah biasa yang bermutu dengan kontrol yang ketat dalam masalah akhlak dan perilaku dengan memberikan penguatan berupa kursus-kursus dan materi tambahan yang dapat memberikan keunggulan.
(3) Sekolah pesantren dengan menambah penguatan pada aspek sains dan ketrampilan.

d.Rumahku Surgaku
Bagaimanapun ujung dari pendidikan adalah tanggung jawab orang tua, yang berbasis rumah. Masalahnya adalah apakah setiap orang tua kita memiliki kecerdasan yang memadai untuk menjalankan fungsi besar ini? Itulah fungsi besar Ibu-ibu menjadikan rumah sebagai surga melalui tangan bijak sang suami.

Nampaknya ibu-ibu rumah tangga perlu dicerdaskan melalui pendidikan mitra-sekolah. Bahkan di jaman “ibu-ibu sibuk” memasuki dunia kerja, maka para pembantu rumah tangga kita perlu menjadi “Nanny and Govern” yang cerdik pandai seperti Halimah di jaman Nabi yang mampu mengajarkan bahasa Arab dengan kualifikasi terbaik, Yukabad di Jaman Fir’aun yang mampu mengajari Musa bagaimana menjadi pemuda tangguh.


2.Disiplin

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab.

Sebagai orang tua, sering kita ingin anak kita disiplin, seperti disiplin untuk belajar, beribadah, dan sebagainya. Tanpa disuruh, si anak bersedia dan mau melakukan hal-hal tersebut. Dan bagaimana kita melatih disiplin pada anak, mungkin di tulisan berikut ini bisa berguna.

Berikut ini beberapa aturan:

a. Mencegah dan Menghindari Masalah
Cobalah menghindarkan dan mencegah sesuatu yang nantinya dapat menimbulkan kesalahan perilaku yang tidak kita inginkan, seperti menyuruh cepat tidur ketika waktu tidur malam telah tiba, menyuruh buang air kecil dulu sebelum tidur agar tidak mengompol, menyuruh makan ketika lewat jam makannya.

b. Berikan Contoh yang Baik dan sikap positif
Ketika anak berbuat hal yang membuat kita marah, sebaiknya kita memberikan pengertian yang dapat mereka terima tanpa harus menggunakan
tangan atau fisik.

c. Atur Batasan
Memberikan batasan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan selain
bermanfaat bagi orang tua juga akan berguna bagi anak karena mereka akan nyaman di setiap aktivitas yang dia lakukan.

d. Tentukan Harapan Kita dalam Perilaku Anak
Coba untuk tentukan apa yang kita harapkan dalam peningkatan perilaku anak seiring dengan pertumbuhan anak, seperti anak umur 1.5-2 tahun sudah mengenal kata “tolong” jika dia meminta sesuatu, dan sebagainya.

e. Memilih Kata
Anak kecil lebih menyukai dan mengerti pesan yang singkat, seperti jangan lompat, sakit kalau jatuh, pedas, dan sebagainya. Sehingga didalam menyampaikan pesan kepada anak adalah menggunakan sedikit mungkin kata-kata.

f. Selalu Konsisten
Ketika kita membuat aturan, konsisten didalam menjalankan aturan tersebut. Sikap yang tidak konsisten dapat membuat anak menjadi bingung untuk belajar berperilaku.

g. Bersikap Tegas
Jika kita terlalu lunak atau selalu mengalah, anak akan suka membantah kita. Dia akan menemukan ’sesuatu’ untuk mendapatkan respon apa yang dia inginkan. Lebih baik kita menunjukkan
ketegasan kita kepada anak, karena jika kita tidak menekankan batasan yang boleh dia lakukan, maka kita merampas anak untuk mengerti bagaimana dia untuk bertingkah laku yang baik.

h. Bersikap Tenang
Pesan akan lebih mudah diterima oleh anak ketika kita memberikan pengertian, pesan kepada anak dengan santai, sikap yang
rasional. Membentak dapat menurunkan mental anak dan anak akan meniru, jika terlalu diam, anak akan menganggap apa yang dilakukan adalah benar dan akan dilakukan hal serupa lagi.

Adapun penerapan tipe-tipe disiplin ini memberi dampak yang cukup nyata bedanya.Pengaruh penerapan disiplin ini pada anak, meliputi beberapa aspek, misalnya :

Ø Pengaruh pada perilaku

Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, biasanya akan sangat patuh bila dihadapan orang – orang dewasa, namun sangat agresif terhadap teman sebayanya. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah akan cenderung mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang demokratis akan lebih mampu belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.

Ø Pengaruh pada sikap

Baik anak yang dibesarkan dengan cara disiplin otoriter maupun dengan cara yang lemah, memiliki kecenderungan untuk membenci orang yang berkuasa. Anak yang diperlakukan dengan cara otoriter merasa mendapat perlakuan yang tidak adil. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa orang tua seharusnya memberitahu bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilakunya. Disiplin yang demokratis akan menyebabkan kemarahan sementara, tetapi kemarahan ini bukanlah kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari metode pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum , tertuju kepada semua orang yang berkuasa.

Ø Pengaruh pada kepribadian

Semakin banyak anak diberi hukuman fisik, semakin anak menjadi keras kepala, dan negativistik. Ini memberi dampak penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk, yang juga memberi ciri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Bila anak dibesarkan dengan disiplin yang demokratis, ia akan mampu memiliki penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang terbaik.

3.Preventif terhadap injuri

“Pada dasarnya cedera fisik merupakan kondisi yang dapat dicegah dan dapat dihindari. Karena itu perhatikan berbagai kondisi yang dapat mencelakakan anak. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kondisi di rumah, apakah aman bagi si kecil”.

Ø Risiko cedera pada bayi, batita, dan balita yang sering terjadi adalah akibat jatuh. Untuk mengurangi risiko jatuh pada anak, Purnamawati menyarankan para orang tua untuk memerhatikan beberapa hal:

a. Letakkan perabotan agak jauh dari jendela. Tutup dan kunci jendela saat anak bermain di dekatnya. Ada baiknya memasang teralis di jendela.

b. Rekatkan ujung karpet dengan lantai, agar anak tidak tersandung.

c. Amankan daerah sekitar tangga. Jika perlu, pasang pintu di dasar dan puncak tangga, sehingga anak tidak bisa naik-turun tangga sendiri. Jangan biarkan ada benda tergeletak di anak tangga.

d. Pilih tempat bermain dengan lantai yang diberi alas empuk.

e. Jangan menaruh anak di dalam kereta dorong swalayan.

Ø Sedangkan untuk menghindari bayi tersedak antara lain:

a. Tidak menaruh benda kecil di tempat yang mudah dijangkau anak. b. Potong kecil-kecil makanan seperti sosis, anggur, karamel, karena ukurannya potensial menyumbat jalan napas anak.

c. Anak di bawah 4 tahun hendaknya tidak diberi makanan (keras atau lembut) yang bisa menyumbat jalan napas seperti kacang, semangka berbiji, wortel mentah, popcorn, atau permen.

d. Para orang tua juga hendaknya memberi buah yang sudah dikukus bagi bayi yang mulai mengonsumsi makanan padat. Hal ini untuk memudahkan bayi yang masih belajar proses menelan.

e. Tunggui anak saat ia makan, ajari mereka untuk makan sambil duduk. Ajari anak untuk mengunyah yang benar, tidak makan sambil bicara atau berlari-lari.

f. Belilah makanan sesuai usia anak, ikuti petunjuk produsennya.

g. Bila bayi punya kakak, beri tahu sang kakak agar tidak sembarang menaruh mainan yang berukuran kecil. Pastikan tidak ada bagian mainan yang hampir patah atau lepas, misalnya mata boneka.

h. Beri tahu anak agar tidak menggigit-gigit ujung pensil saat menggambar.

Ø Anak yang menggunakan baby walkers (alat bantu anak belajar berjalan) dapat cedera karena:

a. Anak dapat menggelinding jatuh dari tangga, sehingga anak mengalami patah tulang dan trauma kepala.

b. Tersiram air panas. Anak di baby walkers posisinya agak tinggi ketimbang tinggi badan mereka, sehingga ia bisa meraih cangkir berisi kopi panas, atau bahkan benda yang bisa meracuninya.

c. Berisiko tenggelam. Anak melaju cepat dengan baby walkers-nya dan ia berisiko terjatuh ke kolam.

d. Jari tangan anak berisiko terjepit antara baby walkers dengan perabotan rumah.

Ø Tersiram air panas/luka

Saat akan memandikan bayi hendaknya orang tua menuangkan air dingin terlebih dulu, baru air panas. Selain itu, berhati-hatilah menggunakan alat memasak bertenaga listrik, karena bayi bisa menarik kabel listriknya. Bahkan, bayi mungkin saja menarik ujung taplak meja yang di atasnya terdapat secangkir teh panas.

Kulit bayi dan anak batita sangat peka, sehingga mudah terbakar bila tersengat sinar matahari. Oleh karena itu lindungi mereka dengan topi, baju lengan panjang, atau jika perlu oleskan salep tabir surya.

Ø Salah satu kecelakaan yang mungkin terjadi pada anak batita di dalam rumah adalah keracunan.

Beberapa zat beracun yang paling berbahaya misalnya obat-obatan termasuk suplemen penambah zat besi, zat pembersih rumah tangga, cairan pembersih kaca, hidrokarbon seperti pemoles perabotan kayu dan cairan pematik api, karbon monoksida, pestisida, jamur beracun.

Untuk menghindari anak dari keracunan simpanlah semua obat atau alat pembersih rumah tangga dalam lemari yang tidak dapat dijangkau atau tidak dapat dibuka oleh anak. Harap diingat, jangan makan obat di depan anak dan jangan mengatakan obat sebagai permen. Buang obat-obatan yang sudah lama. Bila ada tamu menginap, tanyakan obat-obatan yang mereka bawa. Pastikan obat-obatan milik tamu tidak ditaruh di tempat yang terjangkau anak. Simpan zat kimiawi dalam botol aslinya, jangan memindahkannya ke botol jus atau sirup.

Jika anak terindikasi keracunan, segera bawa dia ke dokter atau puskesmas terdekat. Jangan merangsang anak untuk muntah dan jangan memberi anak obat perangsang refleks muntah.

Ø Batita lebih berisiko tenggelam ketimbang bayi. Oleh karena itu orang tua hendaknya memperhatikan beberapa hal:

a. Jangan meninggalkan anak di kamar mandi meskipun hanya sekejap. Jangan menitipkan bayi atau batita kepada kakaknya atau anak yang lebih besar beberapa tahun. Sering kali sang kakak lalai dan terlambat mengetahui adiknya sudah masuk air.

b. Tunggui anak selama mereka bermain di dekat air. Jangan tinggalkan mereka walaupun sekejap.

c. Tutup sumur dengan penutup yang agak berat dan tidak dapat dibuka atau digeser dengan mudah oleh anak.

d. Periksa lingkungan tetangga, apakah ada kolam, sumur, atau kolam ikan.

e. Bila di rumah ada kolam renang, pasang pagar pengaman di sekeliling kolam dengan pintu yang bisa menutup sendiri. Pasang pula pembatas antara rumah Anda dengan tetangga.

f. Jangan menaruh barang atau mainan di dekat kolam, karena akan menarik perhatian anak untuk mendekati kolam.

g. Jangan ada ember berisi air di sekitar anak.

h. Bila usia anak sudah cukup (6 – 7 tahun), daftarkan anak untuk mengikuti kursus berenang.

4. Pola Asuh Orangtua Pada Anak & Cara Mendidik/Mengasuh Anak Yang Baik

Setiap orang umumnya akan menikah dan memiliki anak. Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik sedemikian rupa agar setelah mereka besar dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara serta dapar membahagiakan dan membanggakan orang tua yang telah susah payah membesarkannya dengan cina dan kasih sayang.

v Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak :

1. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.

Anaka yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.

v Beberapa Tips Cara Mendidik Anak Kita Yang Baik :

1. Baik ibu dan ayah harus kompak memilih pola asuh yang akan diterapkan kepada anak. Jangan plin-plan dan berubah-ubah agar anak tidak menjadi bingung.

2. Jadilah orangtua yang pantas diteladani anak dengan mencontohkan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai anak dipaksa melakukan hal baik yang orangtuanya tidak mau melakukannya. Anak nantinya akan menghormati dan menghargai orang tuanya sehingga setelah dewasa akan menyayangi orangtua dan anggota keluarga yang lain.

3. Sesuaikan pola asuh dengan situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Polas asuh anak balita tentu akan berbeda dengan pola asuh anak remaja. Jangan mendidik anak dengan biaya yang tidak mampu ditalangi orangtuanya. Usahakan anak mudah paham dengan apa yang kita inginkan tanpa merasa ada paksaan, namun atas dasar kesadaran diri sendiri.

4. Kedisiplinan tetap harus diutamakan dalam membimbing anak sejak mulai kecil hingga dewasa agar anak dapat mandiri dan dihormati serta diharga masyarakat. Hal-hal kecil seperti bangun tidur tepat waktu, membantu pekerjaan rumah tangga orangtua, belajar dengan rajin, merupakan salah satu bentuk pengajaran kedisiplinan dan tanggungjawab pada anak.

5. Kedepankan dan tanamkan sejak dini agama dan moral yang baik pada anak agar kedepannya dapat menjadi orang yang saleh dan memiliki sikap dan perilaku yang baik dan agamis. Anak yang shaleh akan selalu mendoakan orangtua yang telah melahirkan dan membesarkannya walaupun orangtuanya telah meninggal dunia.

6. Komunikasi dilakukan secara terbuka dan menyenangkan dengan batasan-batasan tertentu agar anak terbiasa terbuka pada orangtua ketika ada hal yang ingin disampaikan atau hal yang mengganggu pikirannya. Jika marah sebaiknya orangtua menggunakan ungkapan yang baik dan tidak langsung yang dapat dipahami anak agar anak tidak lantas menjadi tertutup dan menganggap orangtua tidak menyenangkan.

7. Hindari tindakan negatif pada anak seperti memarahi anak tanpa sebab, menyuruh anak seenaknya seperti pembantu tanpa batas, menjatuhkan mental anak, merokok, malas beribadah, menbodoh-bodohi anak, sering berbohong pada anak, membawa pulang stres dari kantor, memberi makan dari uang haram pada anak, enggan mengurus anak, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lain sebagainya.

Demikian yang dapat disampaikan organisasi.org pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

www.pengaruh lingkungan terhadap kesehatan anak.com

www.disiplin.com

www.preventif terhadap injuri.com

www.pola asuh terhadap anak.com

No comments

Komentarnya yaa...

Klik Dibawah Untuk Download App Lazada Di Android