
Biodata
Nama: Okto Maniani
Kelahiran: Jayapura 27 Oktober 1990
Orang tua: Benyamin Maniani dan Dorci Maniani
Hobi: Makan Bakso
Tinggi & Berat Badan: 160 cm/ 50 kg
Idola: Ronaldo (Brasil), Elie Aiboy (Indonesia)
Karier Klub
1997-2006: Tunas Muda Amadi
2006-2007: Persipura U-23
2007: Asmat FC Merauke
2008: Pon Papua dan PSMS Medan
Karir Timnas
2007: timnas U-17
Nama: Okto Maniani
Kelahiran: Jayapura 27 Oktober 1990
Orang tua: Benyamin Maniani dan Dorci Maniani
Hobi: Makan Bakso
Tinggi & Berat Badan: 160 cm/ 50 kg
Idola: Ronaldo (Brasil), Elie Aiboy (Indonesia)
Karier Klub
1997-2006: Tunas Muda Amadi
2006-2007: Persipura U-23
2007: Asmat FC Merauke
2008: Pon Papua dan PSMS Medan
Karir Timnas
2007: timnas U-17

Bagi setiap pesepakbola, tampil bersama idola dalam satu tim adalah hal yang paling menyenangkan sekaligus membanggakan dalam karirnya. Bagaimana tidak, jika sebelumnya ia hanya bisa menikmati penampilan idolanya dari luar lapangan, kini bisa tampil bersama.
Itulah yang saat ini dirasakan Okto Maniani. Wing bek PSMS Medan itu sama sekali tidak pernah menyangka bakal bisa merumput bersama Elie Aiboy, yang tak lain adalah idolanya sejak kecil. Ia bahkan sering berangan-angan untuk bisa menjadi pemain seperti Elie.
"Kak Elie itu orangnya ramah dan tidak sombong. Meski dia sudah menjadi bintang, namun dia tidak keberatan mengajari pemain muda saat pulang berlibur ke Papua," katanya kepada GOAL.com ditemui di Semarang beberapa waktu lalu. "Ini lah yang membuat saya sangat mengidolakannya. Terlebih karena karir bermain sepakbolanya tidak hanya di dalam tapi juga di luar negeri." Dikatakannya, tampil bersama idolanya dalam satu tim merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Sebab, saat masih kecil Okto memang kerap berangan-angan mengikuti jejak Elie, menjadi pemain sepakbola profesional. Meski tidak pernah membayangkan bisa tampil bersama dalam satu tim.
"Ketika saya mendapat tawaran main di PSMS Medan, saya langsung menerimanya tanpa pikir panjang lagi. Saya ingin mencari pengalaman bermain di luar Papua, sebelum memutuskan pulang kampung. Hal yang sama seperti dilakukan Kak Elie saat ini," bebernya.
Mengenal sepakbola sejak usai lima tahun, Okto kecil semula tidak percaya bakal bisa bermain di klub profesional secepat ini dan mengikuti jejek idolanya Elie Aiboy. Terlebih karena ia sendiri terlahir bukan dari keluarga pesepakbola.
Bahkan anak bungsu pasangan Benyamin Maniani dan Dorci Maniani merupakan anak laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara. Sehingga bermain sepakbola semula hanya untuk memberikan permain kepada Okto kecil, layaknya anak laki-laki pada umumnya.
Tapi siapa yang menduga, bakat pemain kelahiran Jayapura, 27 Oktober 1990 yang hobi makan bakso ini terhadap permainan si kulit bundar cukup lumayan. Terlebih setelah ia terpilih bergabung dengan timnas Indonesia U-17 pada 2007 silam, yang kala itu dibesut pelatih Aji Santoso.
Di tangan Aji lah karakter permainan Okto dibentuk. Termasuk menempatkannya di posisi yang benar dari semula striker menjadi wing bek kiri. Padahal selama menimba ilmu di klub Tunas Muda Amali hingga di PON Papua, yang akhirnya mengantarkan dirinya masuk timnas junior, Okto adalah seorang tukang gedor.
Tubuhnya yang mungil memang membuat ia mampu memiliki kecepatan dan akselerasi yang baik. Tak heran jika Okto sudah mampu menjadi pilihan utama pelatih Erick William di PSMS, meski usianya masih terbilang belia dibandingkan pemain lain yang menghuni skuad Ayam Kinantan.
Itulah yang saat ini dirasakan Okto Maniani. Wing bek PSMS Medan itu sama sekali tidak pernah menyangka bakal bisa merumput bersama Elie Aiboy, yang tak lain adalah idolanya sejak kecil. Ia bahkan sering berangan-angan untuk bisa menjadi pemain seperti Elie.

"Kak Elie itu orangnya ramah dan tidak sombong. Meski dia sudah menjadi bintang, namun dia tidak keberatan mengajari pemain muda saat pulang berlibur ke Papua," katanya kepada GOAL.com ditemui di Semarang beberapa waktu lalu. "Ini lah yang membuat saya sangat mengidolakannya. Terlebih karena karir bermain sepakbolanya tidak hanya di dalam tapi juga di luar negeri." Dikatakannya, tampil bersama idolanya dalam satu tim merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Sebab, saat masih kecil Okto memang kerap berangan-angan mengikuti jejak Elie, menjadi pemain sepakbola profesional. Meski tidak pernah membayangkan bisa tampil bersama dalam satu tim.
"Ketika saya mendapat tawaran main di PSMS Medan, saya langsung menerimanya tanpa pikir panjang lagi. Saya ingin mencari pengalaman bermain di luar Papua, sebelum memutuskan pulang kampung. Hal yang sama seperti dilakukan Kak Elie saat ini," bebernya.
Mengenal sepakbola sejak usai lima tahun, Okto kecil semula tidak percaya bakal bisa bermain di klub profesional secepat ini dan mengikuti jejek idolanya Elie Aiboy. Terlebih karena ia sendiri terlahir bukan dari keluarga pesepakbola.
Bahkan anak bungsu pasangan Benyamin Maniani dan Dorci Maniani merupakan anak laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara. Sehingga bermain sepakbola semula hanya untuk memberikan permain kepada Okto kecil, layaknya anak laki-laki pada umumnya.
Tapi siapa yang menduga, bakat pemain kelahiran Jayapura, 27 Oktober 1990 yang hobi makan bakso ini terhadap permainan si kulit bundar cukup lumayan. Terlebih setelah ia terpilih bergabung dengan timnas Indonesia U-17 pada 2007 silam, yang kala itu dibesut pelatih Aji Santoso.
Di tangan Aji lah karakter permainan Okto dibentuk. Termasuk menempatkannya di posisi yang benar dari semula striker menjadi wing bek kiri. Padahal selama menimba ilmu di klub Tunas Muda Amali hingga di PON Papua, yang akhirnya mengantarkan dirinya masuk timnas junior, Okto adalah seorang tukang gedor.
Tubuhnya yang mungil memang membuat ia mampu memiliki kecepatan dan akselerasi yang baik. Tak heran jika Okto sudah mampu menjadi pilihan utama pelatih Erick William di PSMS, meski usianya masih terbilang belia dibandingkan pemain lain yang menghuni skuad Ayam Kinantan.
No comments
Komentarnya yaa...