KONSEP MEDIS
PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA
1. DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan (Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh makro-organisme.
Pada jaman sebelum antibiotik ditemukan, pneumokokus merupakan penyebab pnemonia yang paling sering, (95 – 98% dari semua pnemonia yang dirawat di Rumah Sakit), dan menyebabkan kematian pada 60% penderita pneumonia dengan bakterimia dan 20% penderita pneumonia non-bakterimia. Kini hanya 62% penderita pneumonia yang disebabkan oleh kuman pneumokokus dan menyebabkan kematian hanya pada 32% penderita pneumonia bakterimia dan 6% penderita non-bakterimia.
2. ETIOLOGI DAN RESIKO
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Tetapi ada juga disebabkan penyebab lainnya seperti: berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radiasi.
Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri gram positif, Steptococcus pneumonie yang menyebabkan pneumonia streptokokus (pnemokokus). Bakteri Stepylococcus aureus dan Streptococcus beta-hemolitik grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa.
Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikroplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikro-organisme yang, berdasarkan beberapa aspek, berada di antara bakteri dan virus.
Individu yang mengidap Acquire Immunodeficiency Syndrome (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu Pnemocystis carinii.
Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pnemonia Langionella.
Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia aspirasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme.
ORANG YANG BERESIKO MENDERITA PNEUMONIA
Pada bayi.
Orang yang berusia lanjut.
Mereka yang mengalami gangguan kekebalan.
Atau menderita penyakit atau kondisi kelemahan lainnya.
3. PATOFISIOLOGI
Untuk pneumokokus, terdapat empat stadium penyakit, Yaitu:
STADIUM 1 disebut hiperemia,
Mengacu kepada respons peradangan permulaan yang berlangsung di daerah paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai oleh peningkatan aliran darah dam permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hal ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator tersebut mencakup histamin dan progtaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Kemudian bekerja-sama dengan mediator untuk melemaskan otot polos vaskular paru dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruangan intestitium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antara kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan ini meningkatkan jarang yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbon dioksida untuk berdifusi, sehingga terjadi penurunan kecepatan difusi gas-gas. Karena oksigen kurang larut dibanding dengan karbon dioksida, maka perpindahan gas ini ke dalam dara paling berpengaruh, yang sering menyebabkan saturasi oksigen hemoglobin. Dalam stadium ini infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya akibat peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus dan membaran kapiler di sekitar tempat infeksi seiring dengan berlanjutnya proses peradangan.
STADIUM 2, yang disebut hepatisasi merah,
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel-sel darah merah, eksudat, dan fibrin, yang dihasilkan oleh penjamu sebagai bagian dari reaksi peradangan.
STADIUM 3, yang disebut hepatisasi kelabu,
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi bagian paru yang terinfeksi. Pada saat ini, endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cidera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
STADIUM 4, yang disebut stadium resolusi,
Terjadi sewaktu respons imun dan peradangan mereda; sisa-sisa sel, fibrin, dan bakteri telah dicerna; dan makrofag, sel pembersih pada reaksi peradangan, mendominasi.
4. GAMBARAN KLINIS
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Gejala-gejalanya mencakup:
Demam dan menggigil akibat proses peradangan.w
Batuk yang sering dan produktif serta terdapat purulen.w
w Sputum berwarna merah karat (untuk Streptococcus pneumoniae), merah muda (untuk Stpylococcus aereusa), atau kehijauan dengan bau khas (untuk Psedomonas aeruginosa).
Krekel (bunyi paru tambahan).w
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.w
Nyeri pleura akibat peradangan dan edema.w
Biasanya sering terjadi respons subjektif dispnea. w
Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.w
Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang dapat menyebabkan atelektasis absobsi.w
w Batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler, atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
5. PERANGKAT DIAGNOSTIK
Hitung sel darah putih biasanya meningkat, kecuali apabila klien mengalami imunodefisiensi. Hal ini terutama berlaku pada pneumonia bakterialis.
Edema ruang interstitium sering tampak pada pemeriksaan sinar-X toraks.
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk pneumonia tergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum pra pengobatan dan mencakup:
Antibiotik,w terutama untuk pnemonia bakterialis. Pneumonia lain dapat diobati dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder.
Istirahat yang cukup.w
Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi.w
Teknik-teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atelektasis.w
Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme yang diidentifikasi dari biakan sputum.w
No comments
Komentarnya yaa...