Bakteri Clostridium botulinum

Share:

Bakteri Clostridium botulinum

Bakteri Clostridium botulinum memiliki bentuk spora. Spora ini dapat bertahan dalam keadaan dorman (tidur) selama beberapa tahun dan tahan tehadap kerusakan.

Jika lingkungan di sekitarnya lembab, terdapat cukup makanan dan tidak ada oksigen, spora akan mulai tumbuh dan menghasilkan toksin.

Beberapa toksin yang dihasilkan Clostridium botulinum memiliki kadar protein yang tinggi, yang tahan terhadap pengrusakan oleh enzim pelindung usus.

Jika makan makanan yang tercemar, racun masuk ke dalam tubuh melalui

saluran pencernaan, menyebabkan foodborne botulism. Sumber utama dari

botulisme ini adalah makanan kalengan.

Sayuran, ikan, buah dan rempah-rempah juga merupakan sumber penyakit ini.

Demikian juga halnya dengan daging, produki susu, daging babi dan unggas.

Wound botulism terjadi jika luka terinfeksi oleh Clostridium botulinum.

Di dalam luka ini, bakteri menghasilkan toksin yang kemudian diserap masuk

ke dalam aliran darah dan akhirnya menimbulkan gejala.

Infant botulism sering terjadi pada bayi berumur 2-3 bulan.

Berbeda dengan foodborne botulism, infant botulism tidak disebabkan

karena menelan racun yang sudah terbentuk sebelumnya. Botulisme ini disebabkan karena makan makanan yang mengandung spora, yang kemudian tumbuh dalam usus bayi dan menghasilkan racun.

Penyebabnya tidak diketahui, tapi beberapa kasus berhubungan dengan

pemberian madu.

Clostridium botulinum banyak ditemukan di lingkungan dan banyak kasus

yang merupakan akibat dari terhisapnya sejumlah kecil debu atau tanah

PENCEGAHAN

Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap hidup selama

beberapa jam pada proses perebusan. Tetapi toksinnya dapat hancur dengan

pemanasan, Karena itu memasak makanan pada suhu 80 Celsius selama 30 menit, bisa mencegah foodborne botulism.

Memasak makanan sebelulm memakannya, hampir selalu dapat mencegah

terjadinya foodborne botulism. Tetapi makanan yang tidak dimasak dengan

sempurna, bisa menyebabkan botulisme jika disimpan setelah dimasak,

karena bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu di bawah 3 Celsius (suhu lemari pendingin).

Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum disajikan. Makanan

kaleng yang sudah rusak bisa mematikan dan harus dibuang. Bila kalengnya

penyok atau bocor, harus segera dibuang.

Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi madu karena mungkin

ada spora di dalamnya.

Madu sering kali diberikan pada bayi saat perkenalan dengan makanan selain ASI atau PASI oleh sebagian masyarakat. Bahkan ada yang memberikan madu pada bayi yang baru saja lahir. Biasanya madu tersebut dioleskan pada bibir bagi bayi yang baru lahir, atau disuapkan langsung dengan sendok, ada pula yang dicampurkan dengan bubur bagi bayi yang sudah diberikan makanan tambahan. Mereka percaya madu ‘baik dan aman’ bagi bayi mereka.

Namun ternyata anggapan ‘baik dan aman’ tersebut ternyata tidak benar, penelitian modern menemukan, madu asli ternyata mengandung bakteri clostridium botulinum yang dibawa oleh kaki kaki tawon. Dalam keadaan tidak higienis, spora tersebut menjadi racun yang jika dikonsumsi oleh bayi berumur <>

Clostridium botulinum adalah nama jenis bakteri yang umumnya ditemukan di tanah dengan kondisi yang kandungan oksigennya sangat rendah. Dalam bentuk spora, bakteri tersebut hanya dapat bertahan hidup hingga suatu saat bakteri tersebut dapat berkembang biak pada kondisi tertentu yang menghasilkan racun Botulinum. Terdapat 7 jenis racun botulism di kategorikan dari A - G dan hanya jenis A, B, E dan F yang berefek terhadap kesehatan manusia. Penemu bakteri ini adalah Robert Koch (Fisikawan Peraih Nobel 1905).

Di California antara tahun 1976 - 1983, dilaporkan oleh CDC, terdapat 395 kasus pasien yang berumur 2 s/d 38 minggu, 11 diantaranya meninggal. Jenis racun botulism/botulinal yang diidentifikasi adalah jenis A (50%), B(49%) & F. Dari data selama 2001-2002 di kota New York kasus yang terjadi adalah 2-68 kasus per 100.000 kelahiran bayi. Kasus tertinggi tertinggi terjadi pada bayi <>

Kesimpulan yang dapat diambil dan informasikan adalah sangat tidak disarankan untuk memberikan bayi di bawah <1>

Di Indonesia pada umunya, setiap makanan dapat dengan leluasa beredar dan dijual tanpa harus terlebih dahulu melalui kontrol kualitas dan kontrol keselamatan. Lebih dari 70 % makanan yang beredar dan dijual, dihasilkan oleh produsen yang masih tradisional yang dalam proses produksinya kebanyakan masih jauh dari memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan, bahkan beberapa diantaranya hampir atau tidak memenuhi persyaratan sama sekali. Padahal jika proses pengalengan kurang sempurna dapat merangsang timbulnya bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat tanpa udara, dan akan mengeluarkan racun yang bisa merusak syaraf jika sampai tertelan, bahkan dapat menimbulkan kematian dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari. Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme.

No comments

Komentarnya yaa...

Klik Dibawah Untuk Download App Lazada Di Android